Archive for Februari, 2005

Life begin at …

*”Any man who is under 30, and is not a liberal, has no heart;
and any man who is over 30, and is not a conservative, has no brains.” — Sir Winston Churchill*

Hmm.. apa rasanya ya ‘jadi’ 30?
Tidak perlu menunggu 30, saat ini pun aku mulai lebih pragmatis. Entah aku mulai kehilangan hati atau mulai berotak 😕 Orang bilang ‘hidup’ dimulai saat 40 tahun. *Life begin at forty*. Jadi, Churchill mungkin benar, kita diberi tigapuluh tahun sejak laihir untuk membuat hidup kita berwarna. Berkarya dengan ‘gairah’–yang biasanya jauh dari sifat konservatif. Tapi untuk mengolah kematangan jiwa sedikit banyak diperlukan sifat konservatif dan nggak (sok) liberal demi menjelang hidup yang lebih bermakna.

Yang jelas aku tidak berhenti tersenyum saat membuka [kontact](http://kontact.org “KDE-Kontact”)ku yang mengingatkan seseorang akan beranjak tigapuluh sebentar lagi.

tigapuluh

Well, brother, may the Light always be with you. (and success with your (current?) crush 😉 )

Comments (5) »

Ernst Mayr mangkat

Definisi [*jenis*][1] sebagai kumpulan individu yang memiliki kemampuan bereproduksi antar sesamanya, namun tidak bagi di luar kumpulan tersebut sudah dikenal dengan baik oleh biolog. Walaupun definisi ini ternyata dianggap terlalu kaku oleh dosen ketika kuajukan untuk menjawab pertanyaan “.. *kapan organisme dapat disebut sebagai satu jenis?*” sewaktu diskusi dulu, penemuan konsep spesies tersebut merupakan tonggak penting dalam biologi. Terjawab sudah (salah satu) teka-teki yang dihadapi Darwin dalam teori evolusinya —teori yang *belum* runtuh(tm) :p Pekan kemarin dalam usianya yang ke-100, [Ernst Mayr][2], penemu definisi tersebut kini [telah berpulang][3].

Semangat beliau dalam mengembangkan (bio)sains sungguh mengagumkan. Tahun 2004 kemarin, dalam bayang senja usia *seratus* tahun dia menerbitkan karya terakhirnya [“What Makes Biology Unique?”][4]. Sementara itu, banyak mahasiswa (baca: yang nulis) yang usianya belum sampai tiga dekade pun telah tertatih-tatih menulis tesis :p

Prof. Mayr juga dikenal vokal mengkritik projek SETI dalam debatnya dengan Carl Sagan. Sebenarnya sih, Mayr tidak keberatan dengan gagasan adanya kecerdasan lain di jagat raya. Namun yang dipermasalahkannya adalah probabilitas perjumpaan sinyal yang mestinya sangat kecil. Mayr menganggap pendukung SETI melupakan faktor biologis (evolusi) dan sosiologis yang memungkinkan kecerdasan lain tersebut mampu memancarkan sinyal elektronis.

Piki, *my buddy*, tentu kau akan sangat senang mendengar bahwa Mayr tidak suka dengan pandangan [reduksionis][5] 😉 Evolusi, dijelaskan Mayr bekerja pada interaksi dari keseluruhan organisme alih-alih satu gen belaka. Dia juga mengkritik studi evolusi molekuler (sayangnya aku nggak tahu kritiknya apa/kenapa? shame on me :-

Leave a comment »